Jumat, 08 Juni 2012

Pengertian Ikan Menurut Peraturan Perundang-Undangan.



A. Latar Belakang

Masih banyak yang belum mengerti tentang pengertian ikan, banyak menyatakan ikan hanyalah ikan yang dimakan. Sedangkan menurut beberapa undang-undang ikan bukanlah demikian. kenyataannya banyak mahasiswa, masyarakat termasuk pengawas perikanan yang kami tanya mengenai pengertian ikan hanya menjawap ikan adalah mahluk hidup yang hidup dalam air dan bersirip. Jawaban itu benar hanya saja baru sebagian dari jenis ikan. Berdasarkan peraturan perundangan berlaku dan berkaitan kepastian hukum apabila terjadi kasus pidana mengenai pengertian ikan maka siapa yang harus menangani, apa penyidik pegawai negeri sipil perikanan atau penyidik pegawai negeri kehutanan atau yang lainnya.

Contoh kasus yang terjadi penangkapan penyu yang dilindungi tanpa izin, kasus ini siapa yang harus menangani ? Disatu pihak hewan yang dilindungin oleh PPNS Kehutanan disatu pihak penyu termasuk ikan makan PPNS Perikanan yang menangani. Pertanyaan demi pertanyaan kami lontarkan apakah penyu, buaya, kodok atau ular laut adalah termasuk jenis ikan, pasti banyak yang menjawab bukan. Maka dibawah ini beberapa penjelasan tentang ikan.

B. Pengertian / Definisi Ikan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Rebublik Indonesia No. 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan. Pada pasal 1 angka 2, Sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya, kemudian diganti dengan Undang-Undang Rebublik Indonesia No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Pada pasal 1 angka 2, Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan, angka 4, Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan, pasal 7 ayat (5) Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya.
Kemudian dirubah dengan Undang-Undang Rebublik Indonesia No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Rebublik Indonesia No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Pada pasal 1 angka 2, Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan, angka 4, Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan, pasal 7 ayat (6) Menteri menetapkan jenis ikan yang dilindungi dan kawasan konservasi perairan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya.

Selain itu Peraturan Pemerintah Rebublik Indonesia No. 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Pada pasal 1 angka Pada pasal 1 angka 5. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan, angka 6, Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan
Pada penjelasan pasal undang-undang diatas ini dimaksud dengan “jenis ikan” adalah :
a. ikan bersirip (pisces);
b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca);
d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);
e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);
f. kodok dan sebangsanya (amphibia);
g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);
h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);
i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan
j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas; semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.

2. Undang-Undang Rebublik Indonesia No. 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan Dan Tumbuhan. Pada pasal 1 angka 10, Ikan adalah semua biota perairan sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya. Diperkuat lagi dengan Peraturan Pemerintah Rebublik Indonesia No. 15 Tahun 2002 Tentang Karantina Ikan. Pada pasal 1 angka 7, Ikan adalah semua biota perairan sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau mati, termasuk bagian-bagiannya.
Pada penjelasan ayat ini yang dimaksud Pengertian ikan” meliputi :
a. ikan bersirip (pisces);
b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca);
d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);
e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);
f. kodok dan sebangsanya (amphibia);
g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);
h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);
i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan
j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas; semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.

3. Undang-Undang Rebublik Indonesia No. 21 Tahun 2009 Tentang Persetujuan Pelaksanaan Ketentuan-Ketentuan Konversi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut Tanggal 10 Desember 1982 Yang Berkaitan Dengan Konservasi Dan Pengelolaan Sediaan Ikan Yang Beruaya Terbatas Dan Sediaan Ikan Yang Beruaya Jauh. Pada pasal 1 huruf (c), Ikan termasuk mollusca dan crustacea kecuali yang termasuk dalam jenis sedenter.

4. Definisi bebas lain tentang ikan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati perairan, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntungkan sebagai makanan bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. (Direktorat Standardisasi dan Akreditasi Ditjen P2HP, 2010). Pedoman cara penanganan ikan yang baik (CPnIB) di unit pemasok (Suplayer).

C. Jenis-Jenis Ikan

Pisces (ikan bersirip)
Gambar 1. Ikan Kakap dan Ikan Tuna.

Hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilotermis) hidup di air dan bernapas dengan insang dan bersirip untuk bergerak dan menjaga keseimbangan badannya dan sebagian bersisik. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.

Crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya).
Hewan yang tidak bertulang belakang (avertebrata) dan berbuku-buku (arthropoda), hidup di air tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. Contohnya lobster, kepiting, rajungan, udang dan teritip.

Hewan-hewan Crustacea bernapas dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka. Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuhan berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali.

a. Udang (shrimp)


Gambar 2. Udang (shrimp)

Adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut, atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.

b. Rajungan (crab)


Gambar 3. Rajungan (crab)

Binatang berkaki sepuluh sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan yang sepasang lagi yang paling belakang digunakan untuk bergerak. perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut rajungan ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang rajungan terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek, atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Rajungan berwarna bintik-bintik putih dan biru hidup di perairan laut dan jarang naik ke pantai.

c. Kepiting (crab)
Gambar 4. Kepiting (crab)

Binatang berkaki sepuluh sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan yang sepasang lagi yang paling belakang digunakan untuk bergerak. perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek, atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting berwarna coklat campur hitam hidup di air payau, air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Ketam adalah nama lain bagi kepiting.

Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya).
Hewan bertubuh lunak tanpa segmen dan biasannya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang yang terbuat dari zat kapur untuk melindungi diri dari serangan predator dan gangguan lainnya maupun tanpa cangkang. Seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Mollusca hidup di laut, air tawar, payau, dan darat. Dari palung benua di laut sampai pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja ditemukan di sekitar rumah kita.
Tubuhnya terdiri dari "kaki" muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya. Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali dan membor substrat, atau melakukan pergerakan.

a. Kerang


Gambar 5. Kerang

Hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak dengan sepasang cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat orang menyebutnya kerang-kerangan. Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya menempel pada suatu obyek.
Semua kerang-kerangan memiliki sepasang cangkang (disebut juga cangkok atau katup) yang biasanya simetri cermin yang terhubung dengan suatu ligamen (jaringan ikat). Pada kebanyakan kerang terdapat dua otot adduktor yang mengatur buka-tutupnya cangkang.

Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat bergerak dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut.


b. Tiram


Gambar 6. Tiram

Hewan air kelompok kerang-kerangan dengan cangkang berkapur dan relatif pipih. Tiram sejati adalah semua bivalvia yang termasuk keluarga Ostreidae. Namun demikian, nama tiram dipakai pula untuk beberapa hewan lain di luar kelompok itu. Dagingnya rendah kalori dan mengandung kalsium dan vitamin A.

c. Cumi-Cumi (Loligo spp)


Gambar 7. Cumi-Cumi

Hewan kelompok cephalopoda besar atau jenis moluska yang hidup di laut. Nama itu Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti "kaki kepala", hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari kepala. Cumi-cumi pada umumnya bertubuh ramping memanjang, dikiri kanannya bersirip, yang panjangnnya rata-rata tidak melebihi panjang mantel. Lengannya lima pasang satu pasang diantarannya tentakel. Bagian ujung tentakel melebar dan menebal sebagai gada. Lengan-lengannya dan ganda tentakel berbintik-bintik isap dan kadang-kadang juga berduri-duri kait (hook). Di kiri kanan kepala terdapat suatu alat penciuman yang terdiri dari dua tonjolan atau papilla. Mata tanpa kelopak, tertutup selaput transparan dan tak berpori.
Cumi-cumi menyemprotkan sejumlah besar cairan bercahaya seperti tinta apabila dirinya merasa terganggu.

d. Gurita (Octopus)


Gambar 8. Gurita

Hewan moluska dari kelas Cephalopoda (kaki hewan terletak di kepala), ordo Octopoda dengan terumbu karang di samudra sebagai habitat utama. Gurita memiliki 8 lengan (bukan tentakel) dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut dan menangkap mangsa. Lengan gurita merupakan struktur hidrostat muskuler yang hampir seluruhnya terdiri dari lapisan otot tanpa tulang atau tulang rangka luar. Gurita tidak memiliki cangkang sebagai pelindung di bagian luar seperti halnya Nautilus dan tidak memiliki cangkang dalam atau tulang seperti sotong dan cumi-cumi. Paruh adalah bagian terkeras dari tubuh gurita yang digunakan sebagai rahang untuk membunuh mangsa dan menggigitnya menjadi bagian-bagian kecil. Gurita berenang dengan kepala di depan diikuti dengan lengan-lengannya, dengan cara merangkak ditambah sedikit berenang jika ingin bergerak secara perlahan.

e. Siput


Gambar 9. Siput

Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang) Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.)

Coelenterata (Ubur-ubur, karang dan sebangsannya)
Hewan bersel banyak yang memiliki tentakel serta tubuh simetris bilateral dan hidup dilaut.

a. Ubur-Ubur


Gambar 10. Ubur-ubur

Hewan laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa. Tubuhnya berbentuk payung berumbai, dapat membuat gatal pada kulit bila tersentuh.

b. Karang


Gambar 11. Karang

Karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.

Koloni karang adalah kumpulan dari berjuta-juta polip dari spesies yang sama yang berada pada satu rangka skeleton. Polip penghasil bahan kapur (CaCO3) yang memiliki kerangka luar yang disebut koralit. Pada koralit terdapat septum-septum yang berbentuk sekat-sekat yang dijadikan acuan dalam penentuan jenis karang. Poli karang mempunyai mulut yang terletak di bagian atas dan juga berfungsi sebagai dubur, tentakel-tentakel yang digunakan untuk menangkap makanan, serta tubuh polip. Karang termasuk dalam filum Cnidaria yaitu organisme yang memiliki penyengat. Hamparan yang sebagian besar biota penyusun koloni karang disebut Terumbu Karang.

TERUMBU KARANG ADALAH KARANG YANG TERBENTUK DARI KALSIUM KARBONAT KOLONI KERANG LAUT YANG BERNAMA POLIP YANG BERSIMBIOSIS DENGAN ORGANISME MISKROSKOPIS YANG BERNAMA ZOOXANTHELLAE. TERUMBU KARANG BISA DIKATAKAN SEBAGAI HUTAN TROPIS EKOSISTEM LAUT. EKOSISTEM INI MERUPAKAN EKOSISTEM YANG SANGAT PENTING DAN MEMILIKI KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG SANGAT TINGGI, TERDAPAT DI LAUT DANGKAL YANG HANGAT DAN BERSIH. BIASANYA TUMBUH DI DEKAT PANTAI DI DAERAH TROPIS DENGAN TEMPERATUR SEKITAR 21-30C. TERUMBU KARANG MERUPAKAN SUMBER MAKANAN DAN OBAT-OBATAN DAN MELINDUNGI PANTAI DARI EROSI AKIBAT GELOMBANG LAUT.
ADA DUA JENIS TERUMBU KARANG YAITU TERUMBU KARANG KERAS (HARD CORAL) DAN TERUMBU KARANG LUNAK (SOFT CORAL). TERUMBU KARANG KERAS (SEPERTI BRAIN CORAL DAN ELKHORN CORAL) MERUPAKAN KARANG BATU KAPUR YANG KERAS YANG MEMBENTUK TERUMBU KARANG. TERUMBU KARANG LUNAK (SEPERTI SEA FINGERS DAN SEA WHIPS) TIDAK MEMBENTUK KARANG.


Echinodermata (Tripang, bulu babi dan sebangsanya)
Echinodermata adalah filum hewan kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata.
Banyak di antara anggotanya yang berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem litoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Spesies bintang laut Pisaster ochraceus misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru (Mytilus edulis)sehingga spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi secara berlebihan. Contoh lain adalah Acanthaster planci yang memakan polip karang di perairan Indo-Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa A. planci sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang, sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi tekanan kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain.
Echinodermata mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi bagian tubuhnya yang hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka timun laut akan menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Kelak, organ tubuh yang hilang akan tumbuh kembali

a. Tripang

Gambar 12. Tripang

Teripang atau trepang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder).

b. Bulu Babi / Landak Laut



Gambar 13. Bulu Babi / Landak Laut
Landak laut/bulu babi (Echinoidea) merupakan hewan yang biasanya hidup di daerah pantai, atas batu karang, dasar laut, dalam lumpur, sumur-sumuran daerah pantai, muara sungai (dengan membenamkan diri di tanah liat atau di bawah karang). Hewan-hewan yang termasuk kelas ini berbentuk bundar tak berlengan, tetapi memilki duri yang dapat digerakkan.

Amphibia (Kodok dan sebangsanya)
a. Kodok (Frog)
Gambar 14. Kodok dan Katak

Kodok dan katak adalah hewan yang bentuknya ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh.
Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong, yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.

Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya)
Sekelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. Mayoritas reptil adalah ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan). Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan mamalia.
Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah herpetologi

a. Buaya (crocodile)


Gambar 15. Buaya

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae. Buaya, seperti halnya dinosaurus, memiliki tulang-tulang iga yang termodifikasi menjadi gastralia. Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.
Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar.

b. Penyu (Sea turtles)


Gambar 16. Penyu

Penyu adalah kura-kura laut. Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu hewan laut yang memiliki banyak kelebihan. Selain tempurungnya yang menarik untuk cendramata, dagingnya yang lezat ditusuk jadi Sate penyu berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di Tiongkok dan Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur dari pantai, telurnyapun diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu, perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Untuk mencegah kepunahan penyu, terutama penyu belimbing, beberapa negara telah melindungi tempat bertelur penyu.

c. Biawak


Gambar 17. Biawak

Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku biawak-biawakan (Varanidae). Biawak banyak macamnya. Yang terbesar dan terkenal ialah biawak komodo (Varanus komodoensis), yang panjangnya dapat melebihi 3 m. Biawak ini, karena besarnya, dapat memburu rusa, babi hutan dan anak kerbau. Bahkan ada kasus-kasus di mana biawak komodo menyerang manusia, meskipun jarang. Biawak ini hanya menyebar terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti di p. Komodo, p. Padar, p. Rinca dan di ujung barat p. Flores.
Biawak yang kerap ditemui di desa-desa dan perkotaan di Indonesia barat kebanyakan adalah biawak air dari jenis Varanus salvator. Panjang tubuhnya (moncong hingga ujung ekor) umumnya hanya sekitar 1 m lebih sedikit, meskipun ada pula yang dapat mencapai 2,5 m.

d. Ular Laut

Gambar 18. Ular Laut

Ular laut terdiri dari banyak jenis (salah satu di antaranya Erabu) dan kesemuanya merupakan ular yang memiliki racun yang sangat kuat.
Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa asal mula ular laut di dunia berasal dari pulau Borneo (Kalimantan) Indonesia. Ular laut tersebut pada mulanya adalah ular Welang biasa yang hidup di pantai Pulau Borneo dan kemudian mulai masuk ke laut lepas untuk mencari ikan dan berevolusi dengan lingkungannya hingga menjadi ular laut yang kita kenal sekarang ini.
Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki kekuatan 30 kali bisa ular Cobra dan mengandung bisa yang lengkap seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun sangat sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan tergigit ular laut di daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia di lengan, kaki, atau bagian tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun demikian, ular laut tetap merupakan ancaman bagi para nelayan dan penyelam karena racunnya yang sangat kuat. Pada beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha memegang dan tergigit oleh ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung dan meninggal sebelum sempat mencapai permukaan air. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut berlebihan terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat memancing, menyelam, atau berada di pantai.

e. Kura-Kura (tortoises)


Gambar 17. Kura-Kura

Kura-kura adalah hewan bersisik berkaki empat yang mempunyai ciri khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.
Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung.

Mamalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya)
a. Paus


Gambar 19. Paus

Paus adalah sekelompok mamalia yang hidup di lautan. Sebutan "paus" diberikan pada anggota bangsa Cetacea yang berukuran besar.. Paus mempunyai ciri-ciri sebagai bernapas melalui paru-paru, mempunyai rambut (sedikit, kebanyakan ada di paus dewasa). berdarah panas, mempunyai kelenjar susu, mempunyai jantung dengan empat ruang, satu lubang pernapasan.
Paus tidak bergigi berukuran lebih besar daripada ikan paus bergigi dan mempunyai struktur yang dikenal sebagai balin yang berbentuk sikat. Struktur ini berguna untuk menyaring plankton, makanannnya, di air. Paus berbalin mempunyai dua lubang pernapasan.

b. Lumba-Lumba


Gambar 20. Lumba-Lumba

Lumba-lumba adalah mamalia laut yang sangat cerdas, selain itu sistem alamiah yang melengkapi tubuhnya sangat kompleks. Sehingga banyak teknologi yang terinspirasi dari lumba-lumba. Salah satu contoh adalah kulit lumba-lumba yang mampu memperkecil gesekan dengan air, sehingga lumba-lumba dapat berenang dengan sedikit hambatan air. Hal ini yang digunakan para perenang untuk merancang baju renang yang mirip kulit lumba-lumba.
Lumba-lumba memiliki sebuah sistem yang digunakan untuk berkomunikasi dan menerima rangsang yang dinamakan sistem sonar, sistem ini dapat menghindari benda-benda yang ada di depan lumba-lumba, sehingga terhindar dari benturan. Teknologi ini kemudian diterapkan dalam pembuatan radar kapal selam. Lumba-lumba adalah binatang menyusui. Mereka hidup di laut dan sungai di seluruh dunia. Lumba-lumba adalah kerebat paus dan pesut. Ada lebih dari 40 jenis lumba-lumba.
Lumba-lumba tergolong sebagai mamalia yang cerdas. Lumba-lumba dapat menolong manusia, bila lumba-lumba sudah terlatih, bahkan lingkaran api pun dapat mereka terobos. Singa laut, spesies primata, ikan paus dan anjing juga termasuk binatang yang cerdas. Lumba-lumba yang sudah terlatih dapat melakukan berbagai atraksi dan mereka juga dapat berhitung,. Sekarang ini, lumba-lumba dan ikan paus sudah langka, maka lumba-lumba dan ikan paus harus dilindungi. Lumba-lumba dan ikan paus telah mulai dilindungi di seluruh dunia.

c. Pesut


Gambar 21. Pesut

Pesut atau lumba-lumba air tawar adalah spesies mamalia air yang menghuni wilayah perairan tawar di India, Indocina, Filipina dan Kalimantan. Pesut memiliki ciri-ciri seluruh tubuh berwarna kelabu hingga biru tua, bagian bawahnya berwarna lebih pucat tanpa adanya pola yang khas. Sirip punggung kecil dan membulat di tengah punggung. Dahinya tinggi dan membulat; tidak bermoncong. Sirip tangan lebar membulat.

d. Duyung


Gambar 22. Duyung
Duyung atau ikan duyung adalah mamalia laut besar yang hampir serupa dengan manatee, ikan duyung bukanlah termasuk ke dalam bangsa ikan, ikan duyung adalah salah satu dari empat spesies yang hidup dari ordo Sirenia atau sapi laut. Ikan duyung adalah salah satu hewan yang terancam punah sejak abad ke-18 karena banyak diburu untuk dikonsumsi.

Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air).
Alga diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu alga hijau (chlorophyta), alga merah (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae), alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
Alga lainnya yang berukuran kecil dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi merupakan kelompok tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar bergantung kepada kondisi fisik perairan selain faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
a. Rumput Laut


Gambar 23. Rumput Laut

Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan makroskopik. Jenis makroskopik inilah yang sehari-hari kita kenal sebagai rumput laut (Taurino-Poncomulyo, 2006).
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus ini beragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang seperti rambut. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri ada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik (Jana-Anggadiredjo, 2006).

b. Tumbuhan air lain-lainnya



Gambar 23. Alga (Tumbuhan Air Lainnya)
j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas; semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.

ZAINAL, S.Pi HARAPAN MASYARAKAT DESA SENGKONG KEC. SESAYAP HILIR



Satu satunya Putra Daerah Desa Sengkong yang dapat melakukan Budidaya Ikan Nila di Air Payau. dengan ketekunannya ia dapat berbagi ilmu tentang Budidaya Ikan kepada MAsyarakat yang ingin mengetahui tata cara Budidaya Ikan yang baik.

Kamis, 07 Juni 2012

PENANGANAN CRUSTASEA HIDUP

. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau terletak di antara Samudera Pasifik dan Hindia. Keadaan beriklim tropis menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara Asia Tenggara yang memiliki ekosistem pantai yang sangat produktif di dunia dan sangat sesuai bagi usaha budidaya air payau dan pemanfaatan hasil laut lainnya. Kekayaan sumber daya alam memberikan status bagi Indonesia sebagai produsen budidaya perairan maupun potensi pengembangannya secara alamiah. Udang merupakan salah satu produk hasil laut yang disukai dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat walaupun ada diantara konsumen yang peka (alergi) terhadapnya. Dibandingkan dengan binatang darat, daging udang mempunyai eating quality yang lebih baik karena tidak liat, homogen serta tidak mengandung pembuluh – pembuluh darah yang besar dan otot – otot. Udang sangat digemari dipasaran karena rasanya yang khas, oleh karena itu pemasaran udang dalam bentuk segar sangat disukai oleh konsumen. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran dari udang yang hendak dipasarkan adalah dengan cara pembekuan. Bagian addomen merupakan bagian tubuh udang yang diperdagangkan dalam keadaan beku. Oleh karena itu dalam perdagangan dikenal udang headless yaitu udang tanpa kepala. Karena kandungan proteinnya yang tinggi, maka udang termasuk komoditas yang mudah rusak yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatn enzim dan bakteri, oleh karena itu penanganan udang sangat mempengaruhi mutu hasil olahan. Untuk menjaga agar mutunya tetap baik telah ada standarisasi mutu yang mencakup bahan baku, metode penanganan, metode pendinginan dan sanitasi, baik yang dilaksanakan dalam pabrik maupun dalam pemasaran dan distribusi. Kualitas dan kesegaran udang harus tetap dijaga dengan baik sehingga udang tersebut sampai ke pasar atau ke tangan konsumen. Penanganan hasil panen merupakan tindakan teknis, yaitu penanganan secara fisis mekanis berkaitan dengan proses lebih lanjut. Penanganan udang hasil panen harus dilakukan dengan cepat, karena kualitas udang mudah rusak. Kesalahan atau keterlambatan penanganan mengakibatkan udang tidak bisa diharapkan menjadi komoditas ekspor. Untuk mempertahankan agar mutu udang tetap baik, harus ditangani dengan hati–hati dan jangan sembarangan, penanganan tersebut yang harus diperhatikan adalah kebersihan peralatan yang digunakan, penanganan harus cepat dan cermat, hindarkan terkena sinar matahari secara langsung, mencuci udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih memasukkan ke dalam keranjang, ember atau tong dan disiram dengan air bersih, lebih baik lagi dari mulai awal menggunakan es batu untuk mendinginkannya, dan mengelompokkannya menurut jenis dan ukurannya. Seperti telah dijelaskan di atas, udang merupakan salah satu komoditas ekspor. Umumnya konsumen lebih menyukai udang segar, dikarenakan proses selanjutnya dapat lebih bervariasi. Oleh karena itu penanganan udang terutama ditujukan agar udang setelah ditangkap tetap segar. Ini dapat dicapai dengan pendinginan dan pembekuan. Pengertian udang beku adalah udang segar yang telah dicuci bersih, didinginkan untuk mempertahankan suhu udang sekitar 0 ºC, kemudian baik langsung maupun setelah mengalami perlakukan pendahuluan, segera dibekukan pada suhu rendah maksimum -45ºC sehingga suhu pusat produk akhir menjadi maksimum -18ºC dan kemudian disimpan pada tempat penyimpanan dengan suhu maksimum -25 ºC dengan fluktuasi suhu1º C. Metode yang digunakan adalah air blast freezing dan contact plate freezing. Penerimaan dan penimbangan adalah kegiatan awal dalam pengadaan bahan baku, yang dilakukan di indutri pengolahan pada saat udang dipasok dari suplier. Kegiatan yang berkaitan dengan hal ini membutuhkan kompetensi pegawai yang memahami tentang keselamatan dan kesehatan kerja, kebiasaan berproduksi yang baik dan SOP terkait yang berlaku untuk bahan yang ditangani. mampu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai syarat yang telah ditentukan. Selama melakukan pemeriksaan dan penimbangan harus dilakukan dengan benar dan jujur serta melaporkan dalam format yang baku sesuai hasil pemeriksaan terhadap berat dan mutu barang yang diterima. Kunci utama pekerjaan ini adalah kejujuran, pengetahuan tentang spesifikasi dan mutu bahan, pengetahuan tentang kontrak pengadaan bahan serta kepatuhan untuk segera melaporkan pada atasan terhadap masalah yang dihadapi untuk dikonfirmasikan dan diselesaikan. Bahan yang telah diterima sesuai dengan prasyarat penerimaan segera ditangani, mengingat udang adalah komoditas yang mudah rusak. Kegiatan penanganan yang dilakukan meliputi mencuci dari kotoran, membuang bagian yang tidak diinginkan sesuai standar produk misalnya membuang kepala udang dan kotoran. Pekerjaan ini harus dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di perusahaan. Apabila kegiatan penanganan membutuhkan waktu yang lebih banyak karena sediaan barang melebihi kapasitas kerja, maka yang harus dilakukan adalah menimbun hasil penanganan. Penimbunan dilakukan bila bahan yang masuk melebihi kapasitas bagian penanganan atau kondisi udang masih sangat sulit untuk dihilangkan kepala karena masih segar (fresh). Penguasaan kompetensi di atas sangat penting karena dapat menjamin keajegan suatu produksi. Kegiatan penerimaan dan penimbangan, penanganan bahan serta menimbun hasil penanganan yang dilakukan secara baik dan tepat akan memperkecil gangguan produksi. Gangguan pada proses produksi akan mengakibatkan pada kualitas produk yang diterima konsumen, menganggu kelancaran pemasaran, menghilangkan kepercayaan terhadap perusahaan yang bersangkutan. II. KEAMANAN PRODUK PERIKANAN BERUPA UDANG Produk perikanan yang secara standar kesehatan yang berlaku di masyarakat adalah aman untuk dikonsumsi atau secara empiris dan pengujian adalah layak untuk dikonsumsi tanpa membawa efek yang langsung maupun tak langsung kepada orang secara umum. Pengertian kualitas dan keamanan dimaksud adalah hampir sama, pada dasarnya akan dibahas bahwa udang yang dibudidayakan akan menjadi produk yang berkualitas tinggi termasuk bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Selain itu pengertian di atas juga lebih dikaitkan dengan peluang produk untuk dapat dipasarkan dengan mudah dan harga yang memadai. Kegiatan budidaya udang meliputi beberapa tahapan kegiatan yang masing-masing tahap saling berkaitan untuk mendukung keberhasilan dalam rangka menghasilkan suatu pruduk yang aman dan berkualitas tinggi. Dapat digambarkan bahwa tiap tahap kegiatan yang berurutan saling berkaitan ibarat suatu rantai yang dibentangkan. Apabila terdapat satu mata rantai yang tidak memenuhi persyaratan maka akan menyebabkan hilangnya fungsi dari rantai secara keseluruhan. Bila ada satu saja tahap kegiatan yang tidak baik maka pruduk yang dihasilkan akan menjadi tidak aman atau berkualitas rendah. Ada beberapa kriteria bagi produk udang untuk dapat disebut aman dan berkualitas, antara lain adalah ditinjau dari sebagai berikut: 1. Penampakan : • Tingkat kerusakan fisik • Perubahan warna • Keseragaman jenis dan ukuran 2. Bau dan Rasa : • Tingkat bau busuk • Tingkat bau chlorine • Tingkat bau minyak bumi • Tingkat bau lumpur • Kehilangan bau khas produk 3. Tekstur : • Daging menjadi lunak • Cangkang/kulit menjadi lunak (pada udang dan kepiting) 4. Kandungan bahan berbahaya : • Antibiotik • Pestisida • Logam berat • Bakteri penyakit bagi manusia dan biota lain III. TEKNIK PENANGANAN UDANG A. Penanganan Pasca Penangkapan Penanganan udang tanpa kepala dilakukan segera setelah udang tertangkap dan sampai di atas kapal, kepala udang dipisahkan. Sementara itu udang yang berukuran kecil dan ikan yang tercampur bersama – sama dipisahkan juga. Udang tanpa kepala lalu dicuci beberapa kali dengan air laut atau tawar yang bersih dan dingin dengan jalan menambahkan bongkahan es kedalam air pencuci. Pencucian dilakukan sampai air pencuci tidak keruh lagi. Secepatnya udang lalu di-es dengan es hancuran yang cukup halus supaya es itu tidak melukai badan udang, atau udang tanpa kepala diaduk dengan es sehingga seluruh badan diliputi es. Cara lain untuk meng-es udang adalah dengan jalan berlapis antara udang dan es, yaitu lapisan pertama es lalu lapisan udang, lapisan es lagi dan seterusnya. Udang yang sudah di-es lalu disimpan dalam palka, atau bila pembekuan dapat dilakukan di atas kapal, udang langsung dibekukan segera selesai dicuci. Selama dalam palka harus selalu dijaga agar udang yang di-es di dalam peti atau keranjang jangan sampai kekurangan es. Udang segar itu harus selalu tertutup oleh lapisan es. Penanganan udang utuh dilakukan segera setelah udang sampai di atas kapal, lalu dipilih untuk memisahkan udang yang berukuran besar dari campuran ikan dan udang kecil. Disamping itu pemilihan juga dilakukan untuk mengumpulkan jenis udang yang sama. Pemilihan ini antara lain dimaksudkan untuk memisahkan udang yang sudah rusak dari udang-udang yang utuh. Udang utuh itu lalu dicuci bersih beberapa kali, kemudian dimasukkan ke dalam wadah kedap air ( misalnya drum plastik ) yang sudah berisi air laut atau air tawar yang diberi bongkahan es. Drum-drum berisi udang itu lalu disimpan ditempat yang teduh atau di dalam palka. Selama kapal berlayar bila air didalam drum sudah terlihat keruh, lalu diganti dengan air yang masih bersih dan ditambah es. Udang di dalam drum harus selalu dijaga dalam keadaan dingin dengan air yang bersih sampai udang itu sampai ke darat atau dijual. B. Penanganan Pasca Panen Penanganan udang saat panen di tambak :  Pemanenan dilakukan pada saat suhu udara tidak terlalu panas (pagi/sore)  Udang ditampung pada wadah/jaring tempat air dikeluarkan  Usahakan wadah/jaring ada airnya selama pemanenan  Siapkan bak/wadah pencucian air bersih  Masukan udang ke dalam bak penampungan yang diberi air dan es  Segera dengan cepat dilakukan penyortiran  Segera masukkan ke wadah pengangkutan yang telah diberi es dan susun  Semua pekerjaan dilakukan di bawah atap/tidak terkena matahari langsung Cara-cara pendinginan udang yaitu menurunkan suhu udang segar dengan cara :  perendaman dengan air atau air laut yang dingin  penyimpanan dalam kamar pendingin  pemberian es, cara ini sering dilakukan saat pemanenan di tambak atau di kapal Cara pemberian es yang baik :  Jumlah es yang digunakan harus mencukupi  Cara menambah/mencapur es pada hasil perikanan  Waktu/lamanya pemberian es  Ukuran wadah yang digunakan  Menghindari/jangan melakukan peng-es-an udang yang masih kotor/luka Jumlah es yang digunakan : -wadah tanpa insulasi/permukaan kayu/plastik, perbandingan es : udang = 1 : 1,5 -wadah yang berinsulin perbandingan es dan udang = 1 : 2 -wadah berinsulin dengan pendinginan, maka 1 : 3 Cara memberi es / menambah es :  usahakan seluruh udang dapat tersentuh dengan es  bila esnya bongkahan besar harus diberi air, agar semua udang tersentuh dingin  Sebaiknya digunakan es curah yang tidak tajam karena akan melukai udang  susunlah udang dan es secara berlapis-lapis bergantian C. Penanganan selama Transportasi Untuk transportasi udang hidup jarak jauh (terutama ekspor), penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Dalam transportasi sistem kering udang dikondisikan dalam keadaan metabolisme, respirasi, dan aktivitas rendah. Dengan kondisi tersebut, udang memiliki kemampuan tinggi untuk bertahan hidup di luar konsisi habitat hidupnya. Salah satu metode untuk imotilisasi adalah dengan menggunakan suhu rendah. Cara dan peralatan yang digunakan sederhana sehingga mudah diterapkan oleh siapa saja. Bahan yang diperlukan untuk transportasi udang hidup dengan system kering adalah: - Udang hidup ukuran komersial untuk konsusmsi - Air laut untuk penampungan, pembugaran, imotilisasi - Es air laut untuk imotilisasi - Serbuk gergaji lembab dingin - Kemasan berdaya insulasi tinggi - Bahan bantu lain (kantong plastik, kertas koran, flashband, dsb) Peralatan yang diperlukan dalam transportasi udang hidup sistem kering adalah peralatan Untuk penampungan dan untuk imotilisasi. a. Sistem Penampungan Karena berbagai alasan, udang yang baru dipanen tidak dapat langsung diekspor, tetapi perlu ditampung lebih dulu, misalnya menunggu penjadwalan ekspor, lokasi yambak yang terpisah, udang kurang/tidak bugar sehingga perlu dibugarkan. Untuk penampungan digunakan bak penampungan bertingkat yang dilengkapi sistem sirkulasi, aerasi, dan filtrasi air sehingga kondisi air penampungan dapat dipertahankan tetap tinggi dan sekaligus menghemat air. Ada dua macam filter pada sistem filtrasi, yaitu filter pasir untuk memisahkan partikel kotoran, dan bakteriofilter untuk mereduksi hasil metabilit dan sisa pakan. Pada bakteriofilter digunakan media filter batu kolar atau batu karang jahe yang sudah mati yang sering ditemukan di pantai-pantai. Jika sistem filtrasi bekerja dengan baik, kondisi air dapat dipertahankan tetap baik hingga berbulan-bulan tanpa perlu pergantian air. Air yang sudah difiltrasi disirkulasikan kembali ke bak bertingkat. Kecepatan sirkulasi diatur agar mampu memasok kebutuhan oksigen udang. Aerasi dapat digunakan untuk mernbantu pasokan oksigen. Pada awal penampungan ada kenderungan terjadi perubahan warna udang menjadi agak kemerahan yang kemudian akan normal kembali setelah udang ganti kulit. b. Peralatan imotilisasi Peralatan ini digunakan untuk mengimotilkan udang sehingga tenang dengan metabolisme, respirasi, dan aktivitas rendah. Peralatan imotilisasi tersiri dari : - Bak air dingin berinsulasi untuk menampung air laut dingin dan es air laut. - Bak untuk mengimotilkan udang yang dilengkapi sistem aerasi dan sirkulasi air. Peralatan tersebut disusun dengan bak penampung air laut pada posisi lebih tinggi dari bak imotilisasi sehingga air laut dingin dapat mengalir ke bak imotilisasi untuk mendinginkan air dalam bak imotilisasi. Kecepatan penurunan suhu air dalam bak imotilisasi dapat diatur dengan mengatur jumlah air dingin yang mengalir ke bak imotilisasi dengan mengatur bukaan keran. Bak imotilisasi dilengkapi dengan sistem aerasi untuk memasok oksigen dan sirkulasi air. 1. Persiapan dan Penanganan Transportasi sistem kering merupakan sistem transportasi dengan menggunakan media pengangkutan bukan air. Karena tidak menggunakan air, udang diimotilisasi dengan menggunakan suhu rendah sehingga tenang dan berada pada tingkat metabolisme dan respirasi rendah. Akan tetapi, sebelum diimotilisasi diperlukan beberapa tahap persiapan yang meliputi pemeriksaan kesehatan krustase, pemugaran, pemberokan, dan persiapan media serta kemasan untuk transportasi. a. Persyaratan Udang yang akan ditransportasikan hidup dengan sistem kering harus memenuhi persyaratan tertentu yaitu :  Ukuran udangkomersial untuk konsumsi dan tidak lebih dari 70 gram/ekor  Kondisi sehat, bugar, tidak ganti kulit  Tidak cacat fisik Udang yang ganti kulit (moulting) dan kurang/tidak bugar memiliki dayatahan hidup rendah dan peluang mati selama transportasi tinggi. b. Pemeriksaan Kebugaran Pengamatan dan pembugaran udang yang akan ditransportasikan merupakan tahapan pertama yang perlu dilakukan di dalam transportasi udang hidup. Pemeriksaan kebuganan udang dilakukan dengan mengamati aktivitas dan perilaku udang di dalam maupun di luar air. - Udang sehat sangat gesit, sangat responsif, dan sangat aktif, posisi tubuh tegak dengan gerakan kaki renang aktif dan cepat - Udang meloncat-loncat jika diangkat dari air Apabila udang kurang/tidak bugar perlu dibugarkan. Udang yang sehat kemudian dipisahkan untuk dipuasakan paling tidak 18-24 jam. c. Persiapan media dan kemasan Media transportasi yang digunakan untuk transportasi udang hidup sistem kering adalah serbuk gergaji (sergaji) dari jenis kayu yang tidak menghasilkan racun, tidak berbau tajam, bersih, dan tidak mengandung bahan berbahaya lain. Sergaji dibersihkan dari benda-benda asing (kawat, paku, potongan kayu, dan sebagainya) kemudian dicuci bersih untuk mengurangi tar dan bahan berbahaya lain yang ada. Sergaji ditiriskan dan dijemur sampai kering. Sergaji kering dilembabkan dengan air laut (salinitas disesuaikan dengan salinitas asal udang) sebanyak 50% dari berat sergaji atau sampai kadar air sergaji sekitar 45-60%. Sergaji didinginkan sampai suhu sekitar 140C. Kemasan yang digunakan adalah kotak stirofom atau poliuretan yang memiliki daya insulasi tinggi dan kotak kardus sebagai pengemas sekunder. Bahan lain yang disiapkan adalah hancuran es (0,5 kg) dibungkus kantong plastik, dan kertas koran. 2. Imotilisasi Ada dua metoda imotilisasi dengan suhu rendah, yaitu imotilisasi pada suhu rendah langsung dan imotilisasi dengan penurunan suhu bertahap. a. Imotilisasi dengan penurunan suhu bertahap Dalam metoda ini udang hidup diimotilisasi dengan menurunkan suhu air habitat udang secara bertahap sampai suhu tertentu dan dipertahankan selama waktu tertentu. Adapun caranya adalah sebagai berikut.  Suhu air diturunkan sampai mencapai 140-150C dengan kecepatan penurunan suhu 50C/jam  Suhu dipertahankan stabil selama 10-20 menit atau sampai udang imotil yang dapat ditandai dengan posisi tubuh udang roboh, gerakan kaki jalan dan kaki renang lemah atau perlahan. Udang dikemas di dalam media sergaji suhu 140C. b. Imotilisasi langsung pada suhu rendah Udang diimotilisasi dengan menempatkan udang langsung di dalam habitat bersuhu rendah selama waktu tertentu Udang langsung dimasukkan ke dalam air (salinitas diatur sama dengan salinitas air penampungan) dingin suhu 170-190C dan dipertahankan selama 5-20 menit atau sampai udang imotil. Udang imotil diangkat untuk dikemas di dalam media sergaji suhu 140C. 3. PENGEMASAN Pengemasan untuk transportasi udang hidup dengan sistem kering dilakukan sebagai berikut. Disiapkan kotak stirofom dan ke dalamnya dimasukkan hancuran es (0,5 kg) yang dibungkus kantong plastik, kemudian ditutup kertas koran untuk mencegah rembesan air dari es. Di atas koran dimasukkan selapis sergaji (140C) sekitar setebal 10 cm.  Es ditutup kertas koran untuk mencegah rembesan air es, dan diatas koran dimasukkan selapis sergaji setebal 15 cm.  Udang dimasukkan dan disusun satu lapis berseling seling dengan posisi tubuh telungkap.  Di atas udang dimasukkan selapis sergaji lembab dingin setebal 5-10cm. Demikian seterusnya, udang dan sergaji lembab dingin disusun lapis demi lapis secara berseling seling sampai kemasan penuh. Lapisan paling atas diisi sergaji sedikit lebih tebal (10-15 cm).  Kemasan diitutup rapat dan direkat dengan flasband. Kotak stirofon dapat dimasukkan ke dalam kotak kardus untuk melindungi stirofom dari kerusakan fisik.  Kemasan kemudian dapat ditransportasikan untuk ekspor ke luar negeri. Penggunaan ruangan bersuhu sejuk (suhu ruang sekitar 170-190C) selama transportasi sangat disarankan untuk menekan perubahan suhu sehingga tingkat ketahanan hidup udang lebih tinggi dan daya jangkau transportasinya lebih jauh. D. Penanganan Udang Pada Saat Pengolahan Prinsip yang dianut dalam penanganan/pengolahan udang adalah mempertahankan kesegaran udang selama mungkin dengan cara memperlakuan udang dengan cermat dan hati-hati; segera dan cepat mendinginkan udang sampai mencapai suhu sekitar 0oC; memperlakuan udang secara bersih, dan sehat serta selalu memperhatikan faktor waktu (kecepatan bekerja) selama penanganan rantai dingin. Faktor kebersihan yang dimaksud tidak hanya terhadap es, air, udang, tetapi juga termasuk kebersihan, alat yang dipergunakan, pekerja dan lingkungan tempat bekerja. Selama penanganan, udang harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya perembesan oleh panas ke dalam wadah (misal peti dan palka). Adapun contoh penanganan yang dapat menurunkan mutu udang seperti : penyusunan udang yang terlalu rapat, tumpukan udang terlalu tinggi, dan udang tidak seluruhnya ditutupi oleh hancuran es. Hal-hal yang diperhatikan dalam penanganan udang antara lain : 1. Persediaan Air Air yang digunakan adalah air yang mutunya baik dan bersih. 2. Pemilihan Es Es yang digunakan sebaiknya es yang berasal dari bahan baku (air) yang memenuhi persyaratan konsumsi, untuk jenis es air tawar. Sedangkan es dengan bahan baku air laut sebaiknya dipilih yang mutunya baik, bersih dan tidak tercemar. Penggunaan es haruslah diperhatikan bentuk dan ukurannya. Pecahan es yang terlalu besar dapat menyebabkan tergencetnya udang, tetapi apabila terlalu kecil, es cepat mencair. Demikian juga bentuk pecahan es yang tajam dapat melukai udang sehingga dapat menjadi penyebab turunnya mutu udang.. Jumlah es yang digunakan sebaiknya diperhatikan terutama pada saat penyimpanan sementara maupun selama pengangkutan. Karena es tersebut tidak saja untuk mendinginkan udang, tetapi juga digunakan untuk mempertahankan suhu tetap rendah. Jadi jumlah es yang digunakan sebaiknya jangan kurang tetapi cukup untuk menjaga kesegaran udang. Biasanya perbandingan antara udang dan es untuk penyimpanan adalah minimal 1:1. 3. Pencucian udang Agar kotoran dan bahan-bahan asing lainnya benar-benar hilang, sebaiknya pencucian dilakukan dalam air mengalir, dengan harapan dapat mengurangi kerusakan pisik dan dapat mengurangi kandungan bakteri yang ada pada udang. Pemotongan kepala Susunan tubuh udang mempunyai hubungan erat dengan masa simpannya. Bagian kepala merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap daya simpan karena bagian ini mengandung enzim pencernaan dan bakteri pembusuk. Pemotongan kepala dan pembersihan genjer dilakukan dengan tangan. Cara pemotongan kepala adalah dengan menarik sambil mematahkan dari arah bawah kepala ke atas dan bagian yang dipotong dari batas kelopak penutup kepala hingga batas leher. Udang yang telah potong kepala segera direndam dengan menggunakan air dingin (maksimum 5oC). Selama pemotongan kepala, udang yang belum dipotong kepalanya harus selalu ditaburi dengan es curah secara merata untuk menjaga kesegarannya. Kepala udang dan kotoran lain, sebaiknya dikumpulkan dalam suatu wadah agar tidak mengkontaminasi udang lainnya. Gambar pemotongan kepala : Penentuan ukuran (grading) Penentuan ukuran (grading) biasanya hanya dilakukan dengan menggunakan tangan (manual). Dalam melakukan pekerjaan ini sebaiknya dilakukan di atas meja yang berlapis alumunium (bahan anti karat) dengan selalu memberikan hancuran es yang cukup. Penyusunan udang Udang yang sudah dipotong kepala (headless) segera dimasukan ke dalam bok. Cara penyusunan udang di dalam peti ada dua macam : Tumpukan : udang dimasukkan ke dalam peti dengan cara mencampur antara udang dan es Berlapis : alas peti diberi hancuran es setebal kira-kira 10-15 cm kemudian udang disusun di atasnya. Demikian seterusnya sampai udang habis dimasukkan. Lapisan udang paling atas diberi es satebal 5 cm. Peti (cold box) Peti atau kotak pendingin (cold box) yang baik untuk menyimpan udang adalah peti atau tempat yang dapat melindungi udang dari benturan, penetrasi panas dari luar, mempunyai drainase dan mudah untuk diangkat. Jenis peti yang dapat digunakan ada dua yaitu peti yang terbuat dari fiberglass dan peti berinsulasi (Gambar 2). Peti berinsulasi leibh baik digunakan daripada peti fiberglass. Pengangkutan Untuk mengangkut udang baik dari tambak ke tempat pengumpul maupun dari pengumpul ke tempat pembekuan sebaiknya menggunakan alat pengangkut berupa mobil truck atau pickup yang pada bagian atasnya ditutup dengan plastik atau apapun yang berguna untuk mencegah (mengurangi) penetrasi panas ke dalam peti udang yang sedang diangkut. I. KESIMPULAN Kesimpulan dari makalah ini yaitu penanganan krustasea hidup terutama jenis udang-udangan perrlu diperhatikan dengan baik, mulai dari pasca penangkapan sampai di tangan konsumen mengingat kondisi udang yang cepat membusuk. DAFTAR PUSTAKA http://www.pets.dir.groups.yahoo.com. Diakses pada tanggal 24 April 2010. http://www.pustaka.ictsleman.net. Diakses pada tanggal 24 April 2010. http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 24 April 2010. Laporan Penelitian Lembaga Teknologi Perikanan, No. 1, 1973, Jakarta dalam Sofyan Ilyas. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan. Jilid I. Teknik Pendinginan Ikan

PT. SABINDO RAYA GROUP

ALHAMDULILLAH INSVESTOR TAMBAK SUDAH ADA DI KABUPATEN TANA TIDUNG.